Selamat Datang | いらっしゃいませ| Welcome

Sejarah Pekan Olahraga Nasional (PON)

| Selasa, 11 September 2012
Yak, karena kali ini di kota kelahiran saya Pekanbaru sedang ada penyelenggaraan PON XVIII. Marilah kita dukung dan sukseskan.


Yak, mungkin bagi kita tidak asing lagi dengan apa yang disebut PON ini. PON adalah suatu event nasional yang diadakan untuk mengembangkan dan meningkatkan bakat-bakat dari seluruh kawasan yang ada di Indonesia, tanpa terkecuali. Event ini diadakan 4 tahun sekali, diikuti oleh seluruh provinsi-provinsi di Indonesia dan kota penyelenggaraannya akan dilakukan pemilihan oleh KONI.

Sebelum kita melihat/menonton secara langsung Opening Ceremony atau PON itu sendiri, ada baiknya kita mengulas kembali bagaimana PON itu bisa diadakan. Ini dia...!!


Sejarah lahirnya PON (Pekan Olahraga Nasional).


Event olahraga ini lahir tidak serta merta dengan mudah lahirnya. Banyak keterkaitandengan berdirinya PSSI maupun organisasi keolahragaan yang lainnya. Pada 19 April 1930 di Yogyakarta berdirilah organisasi pertama keolahragaan yang bernama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yang pada saat itu diketuai oleh Ir. Soeratin Sosrogundo (saat ini namanya diabadikan sebagai ajang untuk para junior di persepakbolaan Indonesia).

Berdirinya PSSI tentu membawa angin segar bagi dunia keolahragaan Indonesia, karena dengan ini membuktikan keinginan Indonesia untuk mengatur kegiatan organisasinya sendiri. Karena berkembang pesatnya PSSI, pihak Belanda melalui NIVU (Nederlandsch-Indische Voetbal Unie) menawarkan kerja sama dengan PSSI. 

Jejak keberhasilan PSSI diikuti pula oleh organisasi-organisasi keolahragaan yang mulai berdiri karena melihat hasil tersebut. PELTI (Persatuan Lawan Tennis Indonesia) pun berdiri pada tahun 1935 di Semarang. Lalu pada tahun 1938 untuk mengkoordinir seluruh organisasi keolahragaan yang ada, didirikanlah ISI (Ikatan Sport Indonesia). ISI dulu pernah mengadakan hal yang bisa dikatakan mirip dengan PON ini namun dengan nama dan konsep yang berbeda yaitu ISI-Sportweek/Pekan Olahraga ISI.

Namun, dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada bulan Maret 1942, ISI mengalami kesulitan dan rintangan dalam menjalankan fungsinya sehingga tidak bisa beraktifitas sebagaimana semestinya. Pada zaman pendudukan Jepang, gerakan keolahragaan di Indonesia ditangani oleh suatu badan yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga). Tidak banyak peristiwa olahraga penting yang tercatat pada zaman pendudukan Jepang selama tahun 1942-1945, karena peperangan terus berlangsung dan kedudukan Tentara Jepang di Asia juga semakin terdesak.

Dengan runtuhnya kekuasaan Jepang pada bulan Agustus 1945, maka diadakanlah kongres olahraga yang pertama pada masa kemerdekaan di bulan Januari 1946 yang bertempat di Habiprojo, Solo. Berhubung dengan suasana darurat pada masa itu, kongres ini hanya dapat dihadiri oleh tokoh-tokoh olahraga dari pulau Jawa.
Kongres tersebut akhirnya berhasil membentuk suatu badan olahraga yang bernama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan susunan pengurus sebagai berikut:
  • Ketua Umum: Mr. Widodo Sastrodiningrat
  • Wakil Ketua Umum: Dr. Marto Husodo Sumali Prawirosoedirdjo
  • Sekretaris I: Sutardi Hardjolukito
  • Sekretaris II: Sumono
  • Bendahara I: Siswosoedarmo
  • Bendahara II: Maladi
  • Anggota: Ny. Dr. E. Rusli Joemarsono
  • Ketua Bagian Sepak Bola: Maladi
  • Ketua Bagian Basket Ball: Tony Wen
  • Ketua Bagian Atletik: Soemali Prawirosoedirdjo
  • Ketua Bagian Bola Keranjang: Mr. Roesli
  • Ketua Bagian Panahan: S.P. Paku Alam
  • Ketua Bagian Tennis: P. Sorjo Hamidjojo
  • Ketua Bagian Bulutangkis: Sudjirin Tritjondrokoesoemo
  • Ketua Bagian Pencak Silat: Mr. Wongsonegoro
  • Ketua Bagian Gerak Jalan: Djuwadi
  • Ketua Bagian Renang: Soejadi
  • Ketua Bagian Anggar/Menembak: Tjokroatmodjo
  • Ketua Bagian Hockey: G.P.H. Bintoro
  • Ketua Bagian Publikasi: Moh. Soepardi
Pada mulanya dalam kongres ini diajukan dua nama yang akan diberikan kepada Badan Olahraga yang bakal dibentuk yaitu ISI atau GELORA. Kedua nama tersebut akhirnya tidak terpilih dan sebagai kesimpulan rapat kongres tersebut diresmikanlah berdirinya organisasi PORI dengan pengakuan pemerintah RI sebagai satu-satunya badan resmi Persatuan Olahraga yang mengurus semua kegiatan olahraga di Indonesia yang menggantikan fungsi ISI.

Sesuai dengan fungsinya, PORI juga bertindak sebagai koordinator semua cabang olahraga di Indonesia dan khusus mengurus kegiatan-kegiatan olahraga dalam negeri. Dalam hubungan tugas keluar berkaitan seperti Olimpiade dengan Internasional Olympic Commitee (IOC), Presiden Republik Indonesia telah melantik Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan berkedudukan di Yogyakarta.

Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) - keduanya telah dilebur dan saat ini menjadi KONI - mempersiapkan para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun 1948. Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak kesulitan. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.


Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia. Alasan yang disebut terakhir ini menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.

Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang diharapkan semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo. Pada saat itu PORI ingin menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938

Dilihat dari penyediaan sarana olahraga, pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan pokok dengan adanya stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. Pada saat itu Stadion Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olahraga yang terbaik di Indonesia. Selain itu seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I) pada tanggal 8 sampai dengan 12 September 1948.


Lahirnya event ini awalnya adalah bentuk dari pembuktian bahwa Bangsa Indonesia masih sanggup dan ingin menunjukkan kepada dunia luar, walau kami dijajah dan wilayah negara dipersempit kita masih sanggup bersatu padu dibawah bendera Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

PONXVIII - Opening Ceremony - Pekanbaru, Riau


Marilah kita sukseskan dan dukung PON XVIII di RIAU, Bumi Melayu Bumi Lancang Kuning.



(sumber: Wikipedia, saya sendiri, website olahraga dan banyak lagi :D)

1 comments:

  1. thanks atas infonya gan, semoga bermanfaat dan jangan lupa kunjungi kembali website kami ^^

    BalasHapus

Next Prev
▲Top▲